Seputar Karies Gigi (Gigi Berlubang)

KARIES GIGI 

(GIGI BERLUBANG)





A. Pengertian Karies

Karies adalah kelainan gigi yang bersifat progresif, dimana diawali dengan demineralisasi oleh asam hasil produksi bakteri dan sebagai penyebab utama kehilangan gigi (Cawson dalam Sibarani). Menurut Schuurs (1992) karies gigi merupakan suatu proses kronis, regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email , sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dan substrat (medium makanan bagi bakteri) yang dilanjutkan dengan timbulnya destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya membentuk kavitas (pembentukan lubang).

B. Patogenesis

Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial karena terjadi interaksi oleh beberapa faktor yaitu saliva, plak, diet, dan kebersihan rongga mulut ( Ritter, 2013 dan Mclntyre, 2005 dalam Sibarani). Kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat mempengaruhi kecepatan dalam pembentukan karies. Selain itu makan atau minum yang mengandung asam juga dapat membantu dalam proses demineralisasi pada permukaan gigi (Ritter, 2013 dan Robertson, 2006  dalam Sibarani). Proses ini diawali dengan plak yang berperan dalam proses pembentukan karies mengandung  S. mutans dan Lactobacillus, melakukan proses metabolisme sukrosa dan membentuk asam organik, terutama asam laktat (Mclntyre, 2005 dalam Sibarani). Bakteri S. mutans memiliki banyak reseptor, salah satunya yaitu komponen dari saliva dan bakteri lain (Jenkinson dan Lamnot, 1997). Bakteri S.mutans memiliki reseptor spesifik yaitu pelikel yang berasal dari adsorpsi saliva (Smith, 1992; Nissengard and Newman, 1994 dalam Kriswandidi, 2005). Apabila bakteri S.mutans melekat pada reseptor spesifik, maka proses karies gigi akan berlangsung, namun sebaliknya jika tidak melekat pada reseptor spesifik  kolonisasi berjalan lambat dan proses karies gigi lebih sulit berlangsung. Perlekatan pada reseptor spesifik ini yang membentuk sifat kariogenitas dari bakteri S.mutans. Apabila S.mutans melekat pada reseptor yang tidak spesifik pada rongga mulut (misal pada komponen saliva), maka S.mutans akan terhambat kecepatan berkolonisasinya sehingga produk asam yang dihasilkan juga kurang mencukupi untuk menjadikan penyebab karies gigi (Kriswandidi, 2005).

Pelekatan bakteri S.mutans pada permukaan gigi yang membentuk dan menghasilkan asam membuat ph dalam rongga mulut menjadi asam atau turun di bawah 5,5 yang menyebabkan demineralisasi email pada gigi. Disisi lain terdapat peran saliva untuk melindungi gigi dan mukosa mulut dari pengaruh asam, dehidrasi atau iritasi (Cruz, 2013 dalam Sibarani). Kualitas saliva sendiri ditentukan oleh pH, kandungan fluor dan bikarbonat saliva sebagai penentu pembentukan karies gigi (Ritter, 2013 dan Mcintyre, 2005 dalam Sibarani). Apabila kualitas saliva baik maka proses melindungi gigi dari karies dapat bekerja baik pula. Namun, ketika terdapat plak gigi yang selalu terpajan sukrosa, dapat menyebabkan pH menjadi rendah dan proses demineralisasi akan terus berlangsung. Untuk mengembalikan pH saliva menjadi normal dibutuhkan waktu sekitar 20 menit sampai satu jam setelah pajanan sukrosa (Robertson, 2006 dan Walmsley, 2007 dalam Sibarani) . Pada demineralisasi tahap awal belum terbentuknya karies mencapai email, namun mineral dalam email atau hidroksiapatit  sudah mulai larut sehingga secara klinis mengalami perubahan warna menjadi lebih putih. Apabila demineralisasi pada email sudah sangat luas bahkan permukaan email sudah tidak mendapat dukungan dari jaringan dibawahnya maka kavitas akan dapat terbentuk. Kavitas pada gigi yang terbentuk tidak dapat kembali normal dan proses karies akan tetap berproses (Robertson, 2006 dalam Sibarani).

Untuk itu agar proses pembentukan karies dapat dihambat faktor kebersihan gigi dan mulut perlu dijaga. Penggunaan fluor pada pasta gigi efektif dapat mengganti fluor pada permukaan gigi (Robertson, 2006 dalam Sibarani). Untuk itu menjaga kebersihan gigi dan mulut seperti menggosok gigi di waktu yang tepat dan teknik yang tepat serta membersihkan sela-sela gigi penting dilakukan. Ini juga dapat membentuk proses remineralisasi pada permukaan gigi dikarenakan ph saliva meningkat yang menyebabkan proses pembentukan karies dapat terhambat (Mlcntyre, 2005 dan Robertson, 2006 dalam Sibarani).

D. Pembentukan

1.2. Diagramatik dalam karies dimana menjadi proses destruksi dan reparasi yang silih berganti (Kidd, Edwina A.M., Bechal, 1991).

Karies dapat diawali ketika gigi yang sehat atau email yang sehat terdapat plak karbohidrat yang bisa diragikan (Kidd, Edwina A.M., Bechal, 1991). Plak dalam dalam rongga mulut terbentuk ketika bakteri membentuk suatu lapisan lunak dan lengket yang  yang menempel pada gigi. Plak ini biasanya sangat mudah menempel pada permukaan kunyah gigi, sela-sela gigi, keretakan pada permukaan gigi, dan batasan antara gigi dan gusi. Peran plak pada proses terbentuknya karies terjadi ketika bakteri pada plak mengalami proses fermentasi.  Bakteri akan mengubah gula dan karbohidrat yang dimakan menjadi asam. Asam yang diproduksi dari proses fermentasi berupa plak akan menyebabkan turunnya pH saliva dalam waktu 1-3 menit. Penurunan pH saliva yang berulang-ulang dalam waktu tertentu dapat menyebabkan demineralisasi gigi atau proses hilangnya mineral dari struktur gigi. Kerusakan gigi terjadi apabila demineralisasi lebih  besar dari pada proses remineralisasi. Erosi yang ditimbulkan plak akan menciptakan lubang kecil pada permukaan email yang awalnya tidak  terlihat. Bila email berhasil ditembus, maka dentin yang lunak  di bawahnya dapat terkena. Bila bakteri sampai ke pulpa yang sensitif maka terjadi peradangan pulpa. Pembuluh darah dalam pulpa akan membengkak, sehingga timbul rasa nyeri. (Ramadhan, 2010: 56). Proses pembentukan karies dapat berbalik kembali ke arah email yang sehat apabila terdapat saliva yang bekerja maksimal sebagai protektor, tersediannya fluor yang berasal dari modifikasi diet dan usaha menghilangkan plak dapat membantu remineralisasi gigi seperti diagram 1.2  (Kidd, Edwina A.M., Bechal, 1991).


DAFTAR PUSTAKA


Kidd, Edwina A.M., Bechal, S. J. (no date) Dasar-Dasar Karies. Available at: https://books.google.co.id/books?id=l5lwlrHtnU4C&printsec=copyright&hl=id#v=onepage&q&f=false.

Kriswandidi, I. L. (2005) ‘Karakterisasi Adesin Fimbriae Streptococcus Mutans Lokal Yang Berperan Dalam Patogenesis Penyakit Karies Gigi’, Jurnal Penelitian Medika Eksakta, 6, pp. 6–15.

Sibarani, M. R. (2014) ‘Karies Gigi: Etiologi, Karakteristik Klinis dan Tatalaksana Merry’, Majalah Kedokteran UKI, XXX(1), p. 14.

file:///C:/Users/dell/Downloads/karies/d1f0c5caa757f204ac1fdf45fc88f9d1.pdf. Diakses 14 September 2020. Pukul 15:05

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/762/4/4.%20CHAPTER%202.pdf. Diakses 12 September 2020. Pukul 20:15

http://repository.unimus.ac.id/1330/3/BAB%20II.pdf Diakses 12 September 2020. Pukul 20:25

Bahan Ajar Preventive Dentistry tahun 2018/2019 Jurusan Keperawatan Gigi

 

 






Post a Comment

1 comment:

  1. Mantapp infonya sangat membantu, makasih kak. Tetap semangat dan jaga kesehatan kak..

    ReplyDelete